Memburu Baju Seragam (bagian 1)

Minggu pagi yang cerah, dua bersaudara, yaitu Elfi dan Nisa mengisi liburannya dengan kegiatan yang positif, mereka memutuskan untuk bermain badminton di halaman rumah yang kebetulan cukup luas. Saking senangnya bermain badminton, sampai-sampai mereka lupa, bahwa sebentar lagi mereka akan mulai masuk tahun pelajaran baru. Elfi di SMA naik ke kelas 11, sedangkan Nisa masuk kelas 7. Setelah selesai badminton, keduanya mengobrol.

“Sa, kamu sudah mempersiapkan apa untuk hari pertama masuk sekolah?” kata Elfi.

“Belum Fi, seragamnya tidak ada yang cukup”, jawab Nisa. Sekitar satu minggu lagi kan masuk sekolah!” Kata Elfi.

“kalau, teteh mah sudah, kemarin bersama teman-teman membeli seragam dan peralatan tulisnya. Antar saya dong, teh Elfi. Boleh, kapan nih kita OTW (On The way). ” Sekarang saja, selagi masih ada waktu. Jawab Nisa”

Setelah merapihkan dan menyimpan kembali raket, net dan kok. Mereka bergegas  pulang ke rumah.  Elfi dan Nisa meminta izin dulu pada ibunya.

 “Bu, aku sama teh Elfi mau ke toko kain seragam,” kata Nisa kepada ibunya yang sedang istirahat di ruang tamu. Silahkan, hati-hati Elfi, Nisa. jawab ibu Nisa”. Bu, kira-kira berapa meter, kainnya?”. Tanya Nisa pada ibunya. “Sekitar 2 meter juga cukup untuk seragam putihnya dan 1,5 meter untuk warna birunya,” kata Ibu.

Akhirnya mereka berdua bergegas untuk berangkat ke toko kain yang ada di pasar dengan naik angkutan kota.

Setelah mereka berdua sampai di toko kain BERKAH yang tidak jauh dari rumahnya, penjual kain menanyakan mereka berdua. Mau beli apa, de?. Mau beli kain seragam, bu. Kata Elfi menjawab pertanyaan penjual kain.

“Boleh, warna apa,” tanya penjual kain. “Warna putih dan biru”, jawab Nisa. Kemudian penjual kain tersebut mengambil gulungan kain berwarna putih dan biru, lalu mengambil penggaris dari kayu.

“Berapa meter panjangnya, de?” tanya penjual kain.

“Yang putih 2 meter dan yang biru 1,5 meter, bu. Jawab Nisa”

Setelah selesai dan berada di rumah, Nisa bertanya pada Elfi.

“Teh Elfi, aku kepo deh dengan kayu yang digunakan penjual kain tadi, tanya Nisa”

“Memangnya kenapa gitu”, jawab Elfi

“Hanya dengan sepotong kayu, tapi mampu menentukan berapa panjang kainnya, Fi”

“Sebentar yah, Elfi tunjukkan nih sama adikku tersayang”