Sudah kita ketahui bersama, bahwa saat pemerintah sudah memberlakukan pada tiap sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas. Guru dan siswa bergembira dengan pengumuman tersebut, pembelajaran pembelajaran sekarang bukan lagi bersumber pada guru saja atau "teacher centre". Hal tersebut selayaknya sudah dibuang jauh-jauh oleh setiap guru dalam melaksanakan pembelajarannya. Tapi masalahnya apakah pembelajaran di sekolah sudah berbasis pada siswa atau "student centre"?
Jawabannya bisa saya katakan belum seperti yang diharapkan. Masalahnya dalam setiap pembelajaran di kelas, seorang guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yaitu ceramah dan hanya transfer ilmu, dari guru kepada muridnya. Seolah – olah guru merupakan orang yang paling pandai dan sebagai sumber ilmu. Tetapi hakikatnya guru hanyalah lebih dulu tahu daripada muridnya.
Untuk menangani permasalahan
seperti di atas, salah satu solusinya adalah dengan menerapkan pembelajaran
dialogis, interaktif dengan cara mengajukan pertanyaan (problem posing). Hal ini berupaya supaya pembelajaran dapat
berjalan dengan dua arah. Dengan pendekatan ini posisi guru seolah-olah
berperan sebagai seorang wartawan yang sedang mencari berita dari narasumber.
Berdasarkan teori
konstruktivisme peserta didik datang ke sekolah bukan seperti botol kosong yang
siap di isi dengan air, melainkan seorang siswa sudah memiliki pengetahuan awal
yang mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari disekitar lingkungannya. Oleh
sebab itu guru sebagai pendidik, harus bisa
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pokok bahasan yang
diajarkan.
Dengan menerapkan pendekatan
ini, maka pembelajran di dalam kelas diharapkan dapat berjalan tidak monoton
dan dapat merangsang pengetahuan siswa agar mereka belajar lebih giat lagi,
juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena biasanya siswa ynag ditanya
oleh guru, maka pertanyaan dan jawabannya akian labih melekat dalam memori
otaknya.
Comments
Post a Comment