Pada Hari Minggu, 26 Desember 2004 pukul 07.58 WIB. Gempa berkekuatan 9,2 Skala Richter mengguncang Aceh dan sekitarnya dengan pusatnya di Samudera Hindia dekat kepulauan Simeulu atau 148 Kilometer selatan Meulaboh, ibukota Aceh Barat dengan kedalaman 29-30 kilometer. Data korban yang tercatat oleh pemerintah sebanyak 130.000 orang meninggal dunia, 36.786 orang hilang. Sebanyak setengah juta orang mengungsi di tenda-tenda, sebanyak 120.000 rumah rusak, 693 fasilitas kesehatan rusak dan 2.224 gedung sekolah rusak atau hancur. Adapun Kerugiannya ditaksir lebih dari Rp. 42 Triliun.
Sudah 18 tahun tsunami Aceh berlalu, begitu banyak korban dan kerugian yang ditimbulkannya. Bagaimana kita menyikapinya? Tragedi tersebut membuka mata dunia dan pendidikan, bahwa begitu pentingnya memahami bencana untuk pencegahan dan penanggulangan yang lebih baik. Bukan hanya tentang tsunami, wilayah Indonesia beraneka ragam kondisi geografisnya. Bencana nya juga berbeda-beda, ada banjir, longsor, gunung meletus, gempa dan sebagainya.
Dalam kurikulum merdeka, pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan. Salah satu capaian pembelajaran yang harus menjadi perhatian dalam mencegah dan menanggulangi bencana yaitu siswa dapat memahami struktur lapisan bumi untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi dalam rangka mitigasi bencana. Selain elemen pemahaman IPA, juga diperlukan elemen keterampilan proses dalam mitigasi bencana.
Comments
Post a Comment