Sudah kita ketahui bersama, bahwa pemerintah sudah memberlakukan pada tiap sekolah di kabupaten yang level 2, untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas. Guru dan siswa bergembira dengan pengumuman tersebut, sehingga dapat bertatap muka langsung di kelas saat pelaksanaan pembelajaran. Tentunya ini menjadi obat rindu yang sudah lama diinginkan oleh siswa agar dapat bertemu dengan guru dan teman-temannya.
Menurut para ahli pendidikan, yang lebih diutamakan saat pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yaitu kondisi psikososial siswa setelah pembelajaran jarak jauh selama beberapa bulan. Hal ini berimplikasi bahwa pembelajaran yang diharapakan bukan lagi bersumber pada guru saja atau "teacher centre". Hal tersebut selayaknya sudah dibuang jauh-jauh oleh setiap guru dalam melaksanakan PTMT. Tapi masalahnya apakah pembelajaran di sekolah saat ini sudah berbasis pada siswa atau "student centre"?
Jawabannya
bisa saya katakan belum seperti yang diharapkan. Masalahnya dalam setiap
pembelajaran di kelas, seorang guru cenderung menggunakan metode pembelajaran
yang konvensional yaitu ceramah dan hanya transfer ilmu, dari guru kepada
muridnya. Seolah – olah guru merupakan orang yang
paling pandai dan sebagai sumber ilmu. Tetapi hakikatnya guru hanyalah lebih
dulu tahu daripada muridnya.
Untuk menangani permasalahan seperti di atas, salah satu solusinya adalah dengan menerapkan pembelajaran dialogis, interaktif dengan cara mengajukan pertanyaan (problem posing). Hal ini berupaya supaya pembelajaran dapat berjalan dengan dua arah. Dengan pendekatan ini posisi guru seolah-olah berperan sebagai seorang wartawan yang sedang mencari berita dari narasumber. Apalagi saat masa kebiasaan baru seperti sekarang ini tidak terlalu menuntut capaian kurikulum yang tuntas, melainkan yang menjadi prioritas adalah kesehatan siswa dan guru.
Berdasarkan
teori konstruktivisme peserta didik datang ke sekolah bukan seperti botol
kosong yang siap di isi dengan air, melainkan seorang siswa sudah memiliki
pengetahuan awal yang mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari disekitar
lingkungannya. Oleh sebab itu guru sebagai pendidik,
harus bisa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pokok bahasan
yang diajarkan.
Dengan
menerapkan pendekatan ini, maka pembelajaran di dalam kelas akan menyenangkan dan membahagiakan bagi siswa. Hal ini dikarenakan pembelajarannya berjalan tidak monoton dan dapat merangsang pengetahuan siswa agar mereka
belajar lebih giat lagi, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena
biasanya siswa ynag ditanya oleh guru, maka pertanyaan dan jawabannya akan lebih melekat dalam memori otaknya. Ternyata mengajar itu menyenangkan.
Comments
Post a Comment